Rabu, 26 September 2012

Last Carnival [Chapter 1]


Author        : Shin Riu
Main Cast   : Lee Sungmin Super Junior, Henry Lau Super Junior M, Kim Minsoo (OC)
Other Cast  : Kim Min yoo (OC), Han Kyung Ji (OC)

Genre          : Horror, Gaje (pasti)

Length        : 2 shoot

Rating         : PG-15

Note          :
Annyeong!
FF ini bermula dari Author yang lagi seneng lagu Last Carnival yang agak-agak horror #lirik yeppa
Bagi yang berumur dibawah 15, huss huss! #ngusir-author dihajar# coz ada adegan kekerasan yang belum pantes buat under 15 #gak nyadar umur
Tapi kalo gak kena feel horrornya, mianhamnida, soalnya ini ff horror pertamaku.
Okay, happpy reading!

Last Carnival [Chapter1]
Backsound: Acoustic Café-Last Carnival
Author POV
Seorang yeoja tampak tergesa menyusuri lorong sekolahnya yang lengang. Matanya sesekali mencuri pandang ke lorong-lorong kelas yang sudah sepi juga. Hanya ada satu dua siswa yang masih mengerjakan tugas. Yeoja yang bernama Kim Minsoo itu mendapat hukuman atas keterlambatannya tadi, yah, hukuman standar tapi cukup menguras tenaga. Yap betul! Membersihkan WC, hanya saja Minsoo mendapat hukuman untuk membersihkan seluruh WC di sekolahnya yang terdiri dari 4 lantai itu (Widiihh,,, sadis amat). Menyebabkan dirinya harus pulang malam hari ini.
“Hyaa,, kalau saja Min yoo tidak terlambat mandi tadi!” gerutunya karena dongsaengnya lah penyebab semua ini. Minsoo berjalan keluar menuju tempat parkir, mengambil mobil Hyundainya dan segera pergi meninggalkan SMA Paran.

Minsoo POV
Jalanan sepi, walaupun Seoul sama sekali belum tertidur. Selama perjalanan, aku hanya diam, melepas lelah yang mendera. Aku memasuki jalan menuju apartemenku yang agak sepi. Tiba-tiba ponselku berbunyi. Pasti Henry gege, ringtone Last Carnivalnya sudah jelas membuktikan. Kuraih ponsel yang ada di dashboard. Saat itu pula ada seorang yeoja berhanbok hitam-merah melintas tepat di depan mobilku. Segera kuinjak rem. Mobil berhenti, guncangan mendera mobilku. Kurasakan sesuatu menghantam mobil bagian depanku.
“Omona! Bagaimana dengan yeoja itu?” desisku. Aku segera keluar dari mobil, memeriksa keadaan yeoja yang tak sengaja kutabrak itu. Namun, tak ada siapapun di depan mobilku. Kuedarkan pandangan menuju sekitar. Mataku menangkap bayangan yeoja yang tadi tengah menatapku tajam 20 meter di depanku. Kutelan ludah dengan susah payah. Aku hanya bisa terpaku di tempat, karena yeoja itu semakin mendekat, dan sekilas aku bisa melihat benda keperakan di tangannya, pisau. Wajahnya juga mengerikan, dengan muka berdarah-darah, rambut acak-acakan, matanya tinggal satu, darah di sekujur tubuhnya, di lehernya terlihat luka menganga, dan di wajahnya terpampang seringaian benci padaku.Aku hanya bisa pasrah. 
'Mungkinkah itu chonyeo gwishin?' batinku takut. Saat jarak kami tinggal 5 meter, suara biola terdengar dari arah belakangku. Kulihat Henry gege tengah tersenyum ke arahku. Kualihkan pandangan ke depan. Yeoja itu menghilang.
“Gege!” aku berlari menghambur ke pelukan Henry Gege.
“Gege kok bisa disini?” Gege hanya tersenyum. Mengelus rambutku pelan. Lalu berbalik, meninggalkanku yang masih terpaku kebingungan.
***
Aku berdiri di tempat yang entah apa namanya. Kulihat-lihat seperti istana Gyeongbok. Kugerakkan kakiku. Tidak bisa. Kuputuskan untuk diam saja.
Sunyi.
Ya, suasananya sunyi. Walau masih sore hari tapi amat sunyi. Samar aku bisa mendengarkan suara seorang namja dan yeoja. Kucoba menggerakan kakiku kembali. Berhasil. Aku menuju belakang istana kecil di Gyeongbok-Gung itu. Kulihat seorang yeoja dan namja memakai hanbok bangsawan.
“Eorabeoni, aniya. Jangan tinggalkan aku…”
“Mianhae…Kongju-mama, saya harus pergi dari Hanyang. Sudah ada Hwangthaeju Cheona yang akan melindungi anda.”
Eh? Kongju-mama? Hanyang? Hwangthaeju cheona? Kok seperti drama saeguk ya? Apa aku ada di tempat syuting drama saeguk? Bukannya aku tadi tidur?
“Eorabeoni…”
Suara itu perlahan-lahan menghilang. Digantikan oleh suara tangisan yeoja yang amat menyayat hati. Perlahan kutolehkan kepala melihat ke arah kananku. Tampak yeoja yang tadi sedang duduk meringkuk. Jujur, aku merinding mendengar tangisannya. Perlahan yeoja itu menoleh ke arahku…
Lantunan lagu Last Carnival tertangkap indera pendengaranku. Aku segera duduk dan bingung dengan apa yang terjadi. Bukankah aku tadi sedang di Gyeongbok-Gung?
Kukucek mataku dan memandangi kamarku. Ah, mungkin itu hanya mimpi. Mataku melirik ke arah  jam dinding, 23.30.
“Aigoo, kenapa aku selalu begini sih? Jam segini pasti mimpi itu lagi, itu lagi…”gumamku pelan, lalu melihat Min yoo yang sedang tertidur pulas. Setiap hari aku selalu mengalaminya semenjak Senin lalu. Biasanya kalau sudah bangun tengah malam seperti ini, aku akan browsing sampai kantuk membuaiku lagi. Kuputuskan untuk memainkan tablet PC ku yang teronggok pasrah di meja samping ranjang. Setelah 30 menit aku browsing, rasa kantuk itu menyergapku lagi. Kumatikan tabletku dan berbaring lagi di kasurku. Tiba-tiba, suara biola dan dentingan piano menyergap telingaku. Sontak aku terduduk lagi, meneliti keadaan kamarku. Suara biola itu sudah sangat aku kenal, lagu Last Carnival. Lagu kesukaan sahabatku, Henry Lau, sang violist terkenal. Tapi, memangnya Henry ada disini? Lagu itu makin lama makin membuatku merinding. Kupandangi kalung pemberian Sung-Min oppa 4 hari lalu. Semenjak aku memakai kalung ini, aku mengalami kejadian-kejadian aneh.
Flashback
Author POV
“Gege! Permainan biolamu bagus sekali!”
“Ah, xie xie.”
“Lagu yang kemarin namanya apa ge?”
“Last Carnival. Kekekekeke. Wae?”
“Aniya. Lagunya terlalu bagus, hingga aku agak merinding mendengarnya. Hehehehe..” Minsoo ber-eye smiling seraya mengelus leher.
“Ya! Aku cari kalian kemana-mana. Ternyata ada disini!” seorang namja mendekati Minsoo dan Henry.
“Sungmin oppa!” Minsoo berdiri memeluk Sungmin, sedangkan Henry hanya tersenyum datar.
“Chagi, kau kenapa eum?”
“Bogoshipda!”
Henry POV
Dadaku panas melihat pemandangan yang ada di depanku sekarang. Tanganku mengepal kuat kuat. Tapi kupaksakan ekspresi datar seperti biasanya.
“Oppa, kalau kau mendengar lagu Last Carnival bagaimana rasanya?” Minsoo kini tengah menatap Sungmin hyung dengan puppy eyesnya. Aigooo,,, itu puppy eyes yang sangat aku ingin lihat dari matanya untukku!
“Hhmm,,,biasa saja. Cuma kalau sedang mendengarnya sendiri, aku agak merinding. Kekekekekeke…” Sungmin hyung terkekeh pelan. Aku hanya menyeringai tipis. Tentu saja itu memberi kesan horor bagi yang mendengarnya, lagu dari Acoustic Café itu memang menyedihkan, dengan suara yang mendayu-dayu. Tapi anehnya aku menyukai lagu ini. Ya, secara paksa memang, itu juga karena aku sedang mengemban tugas.
“Chagiya..” Sungmin hyung mendekatkan tangannya ke leher Minsoo dan tampak menyematkan sesuatu di lehernya.
“Waaa…oppa, yeppeoda! Dapat dari siapa oppa?” Mataku terbelalak melihat sebuah kalung tersemat di leher yeoja itu. Kalung berbandul ruby dengan 7 berlian kecil mengelilingi bawahnya, 3 berlian kecil di atas bandul itu terpisahkan oleh lengkungan kecil. Tidak mungkin, tidak mungkin namja ini keturunanku!
“Gege, cantik tidak?” kini pandangan Minsoo beralih kepadaku yang masih shock.
“Ne, cantik.” Ucapku singkat, masih mengamati kalung bermata ruby itu. Ya, tidak salah lagi!
“Wae gege?” Minsoo bertanya kepadaku. Aku menggeleng pelan.
“Gwenchana.” Sungmin hyung menatapku bingung. Walau sudah bertemu 2 kali, Sungmin hyung tetap saja menelusuri wajahku. Memangnya wajahku kenapa? Dia ngiri gitu sama pipi mochi gueh? #Henry mendadak alay-Author dihajar strings. Aku menghela napas, sudah tahu siapa yang harus aku lindungi dalam tugas ini.
Tapi, kenapa harus yeoja ini? Yeoja yang aku cintai?
Yang kemungkinan besar akan terluka setelah tugasku ini selesai.
‘Minsoo~ya, hati-hati,,, mungkin setelah ini, kau akan terganggu karena ‘dia’, kau dalam bahaya besar…’ batinku.
Flashback End
“Hah sudahlah, aku mau tidur saja.” Ucapku acuh, kembali bergulung di bawah selimutku.
***
Author POV
Seorang yeoja melangkah ringan menuju toilet sekolahnya. Di tangannya tergenggam ponsel.
“Ne gege, aku sudah ada dekat toilet.”
“Kau tak apa sendirian?”
“Gwenchana, masih siang terik seperti ini. Memangnya kenapa?”
“Aigoo,kembali! Bahaya!”
“Bahaya?”
“Ne, palli kau kembali!”
“Tapi gege..”
“Palli!”
Minsoo keheranan mendengar Henry tampak ketakutan. Kenapa namja ini? Di rejectnya panggilan itu. Hatinya bimbang memilih kembali ke kelas atau toilet yang tinggal 5 langkah dari posisinya berdiri. Dimantapkannya untuk pergi ke toilet. Yeoja itu menuju salah satu kamar mandi yang ada. Saat akan mengambil tissue gulung, matanya menangkap tulisan berwarna merah darah.
Jauhi dia atau mati!
“Kyaaa!!!!!!” Sigap ditariklah tangan mungilnya itu. Tadi saat masuk, tissue gulung itu berwarna putih, tidak berwarna merah.
“Aigoo, eotteoke?” ucapnya gemetaran. Dengan segenap kekuatan dan keberanian yang ia miliki. Ditatapnya tissue gulung itu. Tulisan itu hilang. Dengan cepat diraihnya dan menyelesaikan keperluannya.
Yeoja itu segera keluar dari kamar mandi dan menuju wastafel. Dicucinya kedua tangannya dengan gugup. Tangannya bergerak membasuh muka. Saat memandangi wastafel itu, air yang menetes dari keran bukan berwarna bening, tetapi merah. Sontak Minsoo memandang wajahnya di kaca.
“KYAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!” Di cermin terpantul wajahnya berlumuran darah. Lalu terganti oleh sosok yeoja berhanbok itu menatapnya dengan seringaian khasnya. Minsoo bergerak mundur. Yeoja berhanbok merah-hitam itu perlahan keluar dari cermin. Yeoja itu makin maju, menghampiri Minsoo yang semakin tersudut di dinding. Lidahnya kelu untuk berteriak.
Last Carnival kembali terdengar. Sosok yeoja itu menghilang. Minsoo menoleh ke pintu kamar mandi. Tampak seorang namja putih tampan, berpipi mochi yang adorable sekali (yang membuat Author pingin menggigit pipi itu lama-lama #disate Strings) tengah memegang sebuah biola. Menatapnya dengan senyum lembut.

Henry POV
Aku berjalan menuju Minsoo yang hanya bisa terpaku, badannya menggigil. Kutarik yeoja itu ke dalam pelukanku. Minsoo menangis di dalam pelukanku.
“Uljima..” Aku memandang ke arah ujung lorong. Tampak seorang namja tengah menatap kami tajam.
“Sungmin hyung!” panggilku. Kulepaskan pelukan kami. Sungmin hyung melangkah mendekat.
“Chagiya, kau kenapa?” Minsoo yang masih shock memadang ke arah Sungmin hyung yang memasang gesture protective pada yeoja itu.
“O,oppa..”
“Kenapa kau berpelukan dengan Henry?! Wae??!” suara Sungmin hyung naik 1 octave. Aku hanya bisa menghela napas mengetahui fakta bahwa Minsoo memiliki namjachingu yang possesive sekali.
“Oppa, aku..”
“WAE??!!!” Sungmin meraih kedua bahu Minsoo. Menatapnya dalam-dalam. Minsoo hanya bisa diam, terisak pelan.
“Sungmin hyung..” kucoba untuk menenangkan Sungmin hyung dengan memegang pundaknya dengan tangan kananku. Yang menghasilkan deathglare dan tepisan kasar di tangan kananku.
“Wae?!! Kau mau menggoda Minsoo hah??!!” hardiknya kasar. Melihat usahanya sia-sia, Sungmin hyung berlalu pergi. Dengan derap kasar. Kami hanya bisa menatapnya bingung.
***
Minsoo POV
Kurebahkan kepala. Aku terdiam di meja belajarku. PR Sejarah masih teronggok pasrah di atasnya. Mataku terasa berat. Bandul kalungku tergeletak di samping buku. Dan kantuk menyergapku.
***
Tempat ini lagi! Entah sudah keberapa kalinya aku ada disini. Baru kusadari ada sebuah lentera (Di The Moon adegan Hwon ama Wol ketemu di hutan) di tanganku. Suasana malam hari, sepi, seperti biasa. Dan lagi-lagi, aku bertemu namja dan yeoja yang sama. Kini mereka duduk di gazebo. Kulangkahkan kaki mendekat. Ups! Hampir saja aku terjun bebas ke dalam kolam kecil di samping gazebo. Tapi, tampaknya mereka tidak menyadari keberadaanku. Samar dapat kudengarkan apa yang mereka bicarakan.
 “Kongju-mama! Jika kita ketahuan, kita akan dihukum Cheona!”
“Biarkan! Aku mau bersamamu…”
“Kongju-mama tidak bisa terus-terusan seperti ini”
“Kau yang membuatku seperti ini!”
“Tapi saya hanya seorang hwarang,,,”
“Walau kau seorang Hwarang, aniya, kau Hwarang pemimpin Resimen Utama, aku tetap mencintaimu, sangat!”
“Kongju-mama…”
“Aku tidak merestuimu menikah dengan yeoja lain!”
“Mama!”
“Kau harus membatalkan pernikahanmu itu!” sang yeoja kini berteriak-teriak histeris.
“Saya tidak bisa…Mianhamnida.”
Aku hanya bisa terpaku di tempat. Untuk apa aku ada disini? Menyaksikan sepasang kekasih bertengkar?
Suara biola terdengar lagi.
“Aigo! Aku tertidur lagi…” kulirik PR Sejarahku dengan acuh. Masih ada 1 soal belum kukerjakan. Tentang Gyeongbok-Gung. Kubuka buku paketku malas. Mataku terpaku pada sebuah halaman.
“Ige…”
‘Hiks,,,hiks,,,hiks,,,’ suara tangisan seorang yeoja menyentakku. Asalnya berasal dari belakangku. Dengan ketakutan teramat sangat, aku menengok ke belakang.
Tampak seorang yeoja mengenakan hanbok berwarna merah-hitam tertunduk di atas ranjangku. Aku menelan ludah dengan susah payah. Aku sudah bertemu dengannya berulang kali di tempat berbeda. Mungkin menyadari aku mengamatinya, perlahan dia mengangkat kepalanya. Yeoja itu bermuka pucat, putih, nyaris seperti kertas, di lehernya dapat kulihat darah mengucur deras. Matanya hitam menatapku tajam.
“KKKYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!”
Dan semua menjadi gelap.
***
Sungmin POV
‘Wuzzzz’
Kurasakan angin berembus kencang. Aku terbangun menatap jendela kamar. Tak ada apa-apa. Jendela tertutup rapat. Mungkinkah dia kembali lagi?
‘Wuzzz’
Yah, aku tahu itu dia. Kutengokan kepalaku malas ke pojok ruangan. Tampak seorang yeoja berpakaian hanbok, wajahnya cantik, tengah menatapku dengan senyum manisnya seperti biasa. Yeoja, ehm, bisa kukatakan roh, itu menemaniku sejak Senin yang lalu. Entah apa alasannya.
“Aigooo,,, Kyung-Ji~ssi, ada apa lagi?” Yeoja itu mendekat. Wajah cantiknya menatapku tajam.
“Sungwon Eorabeoni..”
“Ya! Siapa Sungwon Eorabeoni? Sudah kubilang jangan memanggilku seperti itu…” Yeoja itu duduk di tepi ranjangku. Tatapannya masih tajam.
“Kau masih tidak mau melepaskan yeoja itu dan pergi bersamaku?” ucapnya lemah dan dalam. Aku tertawa.
“Untuk apa aku melepaskannya? Aku mencintainya.”
“Eorabeoni, kalau Eorabeoni tidak mau melepaskannya, kau tahu apa akibatnya..” Kyung-Ji tiba-tiba menghilang. Aku hanya geleng-geleng melihat tingkahnya. Aku akui hubungan kami sedang memburuk karena sikapku padanya. Kuputuskan untuk mengacuhkan yeojachinguku itu sebentar. Namun perasaanku tidak enak saat kudengar suara benda jatuh. Fotoku dengan Minsoo. Segera kusambar jaket dan kunci motor, melesat menuju apartemen Minsoo. Mataku terbelalak melihat pemandangan di depanku. Minsoo tergeletak pingsan. Di lantai yang berkeramik putih dapat kulihat tulisan, dibuat dengan darah.
‘Ini akibatnya jika kau tak menuruti perkataanku, Eorabeoni..’
***
Henry POV
Kutatap langit di taman sekolah. Sekarang tanggal 10 Agustus. Aku tahu tugasku akan segera tiba. Dan mungkin akan memakan korban jiwa.
Tepat saat gerhana bulan, dan daun terakhir jatuh.
Dan saat itu juga aku bisa melihat sosoknya, 20 meter di depanku. Menatapku dengan seringaiannya. Menantangku. Aku membalas tatapannya tak kalah tajam.
Angin berembus dan sosoknya menghilang.

To Be Continue

Eotte?Eotte? #kedip2 Taemin mode on
Horror? Apa gajelas? Bagi author, ini sudah cukup horror, author gak kuat kalo harus buat lebih horror lagi #pundung# (reader: parno lu!| author: -_-)
Bagaimanapun, your comment my spirit, wokeh? Review please ^^
Gamsahamnida,xie xie!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar